23.1.12

Sebuah kunjungan: TRANS STUDIO!

Setelah harus rela seminggu menahan diri karena jam kerja, hari Minggu itu kami berkesempatan berwisata kota Makassar. Finally! :D

Bingung. Begitu banyak tujuan walking-walking yang bisa dipilih di kota Daeng ini. Mulai dari mall, bahari, kuliner, air terjun, benteng dan sebagainya. Setelah cukup lama menimbang, menilik, dan memperhatikan, kami berdelapan memutuskan bahwa kunjungan utama kami pada hari itu jatuh kepada the-phenomenal-one, the-most-make-us-penasaran-one, Trans Studio Makassar.

Berangkat jam 9 pagi, pete-pete mengantarkan kami ke depan pintu gerbang MTC (Makassar Trade Center), yang ternyata berseberangan dengan Karebosi. Setelah menyempatkan diri untuk sejenak naik turun berkeliling di MTC (yang kami sebut “Mangga Dua-nya Makassar”), kami sempatkan pula untuk menyeberang jalan raya ke lapangan Karebosi. Ya, menyeberang jalan raya. Problem? Iya ternyata. Karena sebenarnya terdapat sebuah jalur bawah tanah yang menghubungkan MTC dengan Karebosi. Jalur yang lebih aman dari kendaraan dan sinar UV. Tapi sayangnya tidak satupun dari kami yang menyadarinya. Maklum. Pertamax, gan!
 
Kare apa yang paling gede? KAREBOSI!
 
Perjalanan kami lanjutkan menggunakan taksi. Setelah argometer menunjukkan angka dua puluh satu ribu sekian, sampailah kami di Trans Studio Resort Makassar. Trans Studio Resort Makassar adalah sebuah kawasan wisata terpadu yang selain terdapat Trans Studio Theme Park, juga terdapat Trans Studio Mall. Megah dan indahnya Trans Studio Mall membuat kami tergoda untuk menjamahnya. Begitu banyak tenant dan brand terkemuka yang saya temui di mal terbesar di Makassar ini. Mango, Hugo, Aigner, Metro, Apple Store membuat matabelo. Tapi yang membuat saya girang adalah Payless! Kirain ga bakal nemu di Makassar, haha. Sepasang sepatu pantofel berhasil ‘diculik’ dari sini. (smirk)

And this is it!


Themepark Entrance

Dibangun di atas lahan seluas 2,7 hektar, tempat yang mempunyai nama resmi Trans Studio Theme Park Makassar ini menjadi taman hiburan indoor terbesar ke-2 di Indonesia setelah Trans Studio Theme Park Bandung, dan konon yang keempat di dunia setelah Lotte World di Seoul dan Ferrari World di Abu Dhabi. Uwow!

Oke lanjut! Ada dua jenis tiket masuk yang ditawarkan di Trans Studio Theme Park ini. Karena kami datang hari Minggu, kami dapat harga weekend: Rp. 100.000,- (15 wahana) dan Rp. 150.000,- (semua wahana). Mengingat belum satupun dari kami yang ngerti tentang wahana apa saja di dalam, jadilah kami membeli yang 15 wahana dulu. Toh di dalam tinggal ngecharge kartu lagi Rp. 50.000,- kalau mau upgrade ke tiket semua wahana. Oh iya, soal kartu, jadi untuk bisa melakukan pembelian makanan, merchandise, atau upgrading tiket, transaksi dilakukan dengan menggunakan kartu (semacam kartu Flazz nya BCA atau kartu maennya Timezone). Untuk mendapatkan kartu ini dikenakan lagi biaya Rp. 10.000,- di luar harga tiket tadi. Rempong? Dikit.

Sepi pengunjung, itulah yang kami dapati di dalam. Sedih? Ooh tentu tidak. Justru di benak kami ini sesuatu. Sepi berarti tidak harus lama-lama berdiri. Sepi berarti tidak harus lama-lama antri. Haha dan singkat cerita sesaat setelah masuk kami langsung upgrade tiket menjadi semua wahana. :malu

Pass Semua Wahana



Ada lebih dari dua puluh wahana bermain yang terbagi ke dalam empat kawasan utama: Studio Central, Magic Corner, Cartoon City, The Lost City.

First of all, Studio Central. Di sini kami dimanjakan dengan hal-hal dunia perfilman, dan bioskop 4D yang menjadi wahana pertama kami. Berbekal kacamata 3D yang diberikan oleh mbak-mbak berseragam hitam-hitam khas TransCorp di depan, film Haunted House menjadi pengalaman baru bagi saya. Perkembangan film dari yang semula saya tonton mulai dari 2D (panjang x lebar), ke 3D (panjang x lebar x tinggi), dan sekarang 4D (panjang x lebar x tinggi x special effect). Angin yang berhembus entah dari mana membelai rambut dan tempat duduk yang bergoyang-goyang mengikuti alur cerita film adalah beberapa special effect yang berhasil membuat saya serasa masuk ke dalam film (oke ini lebay). Seru. Really a great start sebelum mencoba wahana-wahana lainnya. And then I started to wonder how a 5D film will be.

Bioskop 4D


Masih di kawasan Studio Central, Grand Esia Studio View jadi wahana kami berikutnya. Like a Silverchair’s song, “And I got the greatest view from here...”. Yap, wahana berupa bianglala ini menurut saya wahana yang paling sedap dilihat, menyuguhkan pemandangan Trans Studio Theme Park dari titik tertinggi. Indah. Dan akan terlihat lebih indah jika bersama orang yang menurut Anda paling indah. *eh

Grand Esia Studio View



Hollywood Bumper Car sepertinya menjadi wahana favorit di kawasan Studio Central. Kami sampai dua kali coba, hahaha. Entah. Mungkin karena tabrak-tabrakan mobil tak pernah seaman, semurah, dan semenyenangkan ini. :D

Hollywood Bumper Car

11.30 WITA. Karena Studio Tour masih tutup dan pertunjukan di Trans City Theater dimulai pukul 14.00, kami melangkahkan kaki ke kawasan Magic Corner. And we were shaked here. Literally. Wahananya laki banget. Terutama Dragon’s Tower, tempat semacam Histeria di Dufan, yang memperlakukan kita layaknya lirik lagu Babydoll-nya Utopia, diajak melayang tinggi dan dihempaskan ke bumi. Tidak cocok untuk pengidap penyakit jantung dan ketakutan akan ketinggian akut. Lanjut ke Magic Thunder Coaster, roller coaster yang karena pendek dan kurang menantangnya trek, I give it 6.5 out of 10. Lanjut literally-shaked lagi di Putar Petir, setelah berpoker-face ria di Dunia Lain.

Pokerface? Iya, di tempat yang seharusnya paling seram dan kami po-po-po-po-po-pokerface. Oh c’mon, Harry Pantja, penampakan-penampakan seram di uji nyalimu dulu itu bukan cuma sekedar manekin lucu yang dikasih alat pemutar suara hasil rekaman berformat .WAV kan? Hahaha dan saya pun semakin mantap menahbiskan Jumanji oleh Strawberry Cafe sebagai wahana paling seram terseram so far. Kalau itu bisa disebut wahana, sih. :|

Trans City Theater: Entrance

13.50 WITA. Suara kru dari speaker mengumumkan bahwa pertunjukkan drama musikal di Trans City Theater akan segera dimulai. Kami pun bergegas. Sempat kaget karena studio sudah hampir penuh, beruntung kami mendapat seat bagian depan. Dan tak lama pertunjukan pun dimulai. Puluhan penari dengan kostum, peran dan properti masing-masing beriringan memenuhi panggung, menari dengan enerjik mengimbangi energi musik, berhasil menyita perhatian penonton untuk menyaksikan jalannya cerita. Singkat cerita, drama ini mengisahkan tentang seorang anak perempuan bernama Cinta yang berjuang untuk kesembuhan ayahnya, namun harus dihadapkanan dengan ibu jahat tipikal ibu tiri serta dua saudara perempuan yang super-duper-annoying-but-so-funny-somehow. Dengan cerita, akting, lipsync, efek panggung, musik serta tari-tarian yang dikemas apik, drama musikal berjudul “Cinta dan Keajaiban” berhasil memukau pengunjung yang memadati studio berkapasitas 300-an orang itu. Applause!

Opening Act
Cinta dan cintanya
ki-ka: annoying sister 1, annoying sister 2, Cinta, looks-like Adele mom
I just love the effects. Beautiful.

Keluar dari Trans City Theater, kami masuk ke wahana tepat di sebelahnya, Studio Tour. Di dalamnya terdapat foto-foto kru TransCorp., simulasi greenscreen (yang perasaan cukup *ehem* garing), Fxtravaganza yang memadukan video dengan efek studio, dan patung lilin artis-artis TransTV, seperti Jeng Kelin ini. :D

not a Madame Tussauds production :D
Simulasi Greenscreen

Lanjut yuk ah ke kawasan Cartoon City. Kawasan satu ini sepertinya dikhususkan untuk anak-anak. But believe it or not, we got the dizzy-and-wanna-puke-feeling at this part. Ayun Ombak berturut-turut Angin Beliung secara sukses mengocok perut dan cairan keseimbangan kami. Ayun Ombak adalah wahana kapal yang naik turun dan berputar-berputar, sementara Angin Beliung itu kursi terbang yang berdurasi lama. Terlalu lama. Keluar dari sini muka langsung pucat pasi. Serius.

Ayun Ombak. Dizziness level: 58,2%

Angin Beliung. Dizziness level: 39,8%

Masih pucat pasi, sampailah kami di The Lost City! Sepeda Terbang, Rimba Express, Si Bolang, Safari Track adalah beberapa wahana yang bisa ditemui di sini. Sengaja menempatkan kawasan ini terakhir untuk dikunjungi, karena ada satu wahananya mengharuskan kami untuk rela basah-basahan, Jelajah. Menaiki perahu berkapasitas 4 orang, Jelajah akan mengajak kita berkeliling melihat diorama persukuan semacam Aztec, lalu dengan tanpa peringatan sebelumnya, “Byurrr!”, terjunlah perahu ke perosotan curam penuh air. Tips aja deh ya, kalau naik Jelajah jangan taruh hape di saku celana dan jangan duduk paling depan. Kecuali memang punya hobi masuk angin sih. Hobi yang aneh.

Jelajah: Basah!

Hari sudah sore. Celana sudah basah. Dan hampir semua wahana telah kami nikmati. Mengapa ‘hampir’, ga ‘semua’? Karena kami tidak qualified untuk beberapa wahana (faktor umur, tinggi badan), dan beberapa wahana tidak qualified untuk kami (faktor keren). Tidak cukup keren untuk kami yang keren. #sikap


The GUYS: Gaya Usaha Yakin Semangat


I was so excited. We were. Karena ini adalah the very first experience bagi kami berdelapan dalam ranah taman hiburan indoor. Trans Studio Makassar, you must feel lucky. :p

RESUME!
Trans Studio Theme Park Makassar. Suasana taman hiburan malam sangat terasa di sini. Kain hitam besar yang menutupi atap membuat setiap jam adalah seperti malam hari. Mata serasa dimanjakan oleh indahnya untaian lampu-lampu kecil berwarna yang menghiasi setiap bangunan dan wahana. Backsound khas taman bermain seolah membawa memori kita untuk kembali ke kenangan masa kecil, di mana hanya terdapat kebahagiaan, keriangan, dan keceriaan. Bersih, nyaman, wahananya aman, kru yang friendly dan bersemangat, membuat tempat ini begitu menyenangkan. Merasa penat dengan rutinitas kerja? Trans Studio Theme Park Makassar surely is a must try. :)


Eh ngomong-ngomong, seragam kerjaku mirip punya TransCorp. yaa.. :D

Seksi Penerimaan dan Pengumpulan Dokumen PPDDP

13.1.12

the man who can be moved

Kamis, 29 Desember 2011 menjadi hari bersejarah bagi kami. Paling tidak 20 dari 30 anak lulusan 2010 harus rela untuk dipindahkan lagi setelah 6 bulan sebelumnya dipindahkan. Kalau ada rekor MURI mutasi tercepat, mungkin kami yang megang kali ya. Sore hari itu saat SK pemindahan pelaksana keluar, saya yakin pasti ada yang merasa senang, sedih, galau, biasa saja (atau berlagak biasa saja), baik yang namanya tercantum dalam SK atau yang tidak. Baik yang ditinggalkan ataupun yang meninggalkan.

Berbicara soal meninggalkan dan ditinggalkan, dua hal yang sama-sama berat. Tapi, ditinggalkan itu lebih berat. Problem? Baiklah. Mereka yang meninggalkan harus rela kehilangan lingkungan tempat mereka terbiasa berada. Mereka akan pindah ke tempat lain, lingkungan yang baru, orang-orang baru, yang (diharapkan) dapat menggantikan lingkungan yang mereka tinggalkan. Yang ditinggalkan, tetap di lingkungan yang sama, tapi tak benar-benar sama. Kehilangan bagian, yang tanpa itu takkan sama lingkungannya. Tapi intinya sama-sama sedihnya kok. Akur ya. Ah, mari asumsikan pasti ada sumur di setiap ladang. ;)



i miss the complete-us
SK memindahkan saya dari PPDDP Jakarta menuju KPDDP Makassar. Beruntung, rumah orang tua di Sidoarjo, yang jika ditarik garis lurus, kurang lebih tepat berada di tengah-tengahnya. Tidak ada perbedaan jarak signifikan, hanya perbedaan mata angin. Dari yang semula ke barat, sekarang ke timur laut. Dengan ini jelas saya bukanlah satu di antara para pencari kitab suci itu. Oke kalimat sebelum ini boleh diabaikan.

Unik. Itulah kantor baru kami. Setelah memahami Peraturan Menteri Keuangan NOMOR: 133/PMK.01/2011, kami menjadi satu-satunya unit pelaksana teknis eselon III yang bertanggungjawab langsung di bawah Dirjen. Tapi sebenarnya bukan itu yang membuat kami merasa unik, tapi proses bisnis, SOP KPDDP (dan PPDDP) yang begitu berbeda dengan kantor pajak kebanyakan. Masih sama mempunyai target penerimaan. Bedanya, kantor pajak umumnya target penerimaan pajak, kami target penerimaan dan pengumpulan SPT, yang selanjutnya harus diolah sedemikian rupa untuk akhirnya menjadi data yang menjadi acuan para stakeholder untuk melakukan analisa sebelum pengambilan keputusan. Inilah yang saya suka dari sebuah sistem. Perbedaan SOP membuat masing-masing unit mempunyai perannya sendiri-sendiri dalam mencapai suatu tujuan. Sinergi.

Akhirnya, 8 Januari 2012 saya menginjakkan kaki di bumi Celebes. Wooohhooo I really love it. Trying a lot of new things. Setelah terkesima disambut dengan keindahan arsitektur Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, saya bisa mencoba naik pete-pete yang setirnya kecil itu, puas makan Coto Makassar yang pakai daging capi itu, Mie Titi yang keringnya khas itu, dan belajar logat Makassar yang gampang-gampang susah itu. Haha belajar ki’!
Mie Titi (Piring putih: Mie kering. Baskom: Kuah)



Tapi jujur kesenangan paling klimaks adalah saat melihat kantor untuk pertama kalinya. We were amazed. We are.



the amazing one


Seperti yang mereka bilang, kantornya besar dan luas. Dan keren, seperti pegawainya. Dengan luas lebih dari 3 hektar, konon kantor ini melanggar peraturan mengenai batas maksimal luas gedung pemerintahan. Tapi wajar, mengingat SPT dari seluruh wilayah Indonesia timur diproyeksikan untuk disimpan di sini. Sebenarnya mau cerita lebih banyak, tapi saya ogah, mengingat ini menyangkut Pasal 34 UU KUP. Intinya, kantor ini memang bukan gudang biasa.

Kantor ini baru. Benar-benar baru. Bahkan bau plitur kayu furniture masih tercium di sini. Kosong. Tanpa pegawai . Ya, tempat yang membuat saya dan teman-teman dituntut untuk berkarya, berbuat lebih, berinovasi, menjadi aktif kreatif, karena di tangan kami juga lah kesuksesan KPDDP Makassar. Beberapa harus meninggalkan keluarga dan cinta, untuk membangun kantor dari nol. Tidak semua orang cukup beruntung untuk secara langsung atau tidak langsung dipercaya menjadi pioneer sebuah sistem. (smile)

Kami bukan pengungsi, kami pegawai negeri. Yang mengharuskan untuk memikul sebuah konsekuensi untuk (mau) ditempatkan di mana saja. Cepat atau lambat. Semua akan (p)indah pada waktunya. If you’re a PNS, you wil never be the-man-who-cant-be-moved. Ya memang personel The Script bukan PNS sih, wajar lagu mereka gitu. Pokoknya menurut saya, duta move on sebenarnya itu ya PNS. PNS: Pindah Nurutin SK. #apeu

Yap, transisi 2011 ke 2012 menjadi masa yang cukup nomaden bagi saya. Melewatkan 2011 dengan hampir 7 bulan di kampung halaman, Surabaya, sisanya di Jakarta, dan sekarang (secara de facto, belum de jure) ditugaskan menjadi warga Makassar.

Terima baktiku, negeri!